Beberapa hari ini di Malaysia, suhu politik sangat panas, pasalnya muncul video porno, di mana pelakunya disebut pria yang menyerupai Anwar Ibrahim, sementara pemain wanitanya adalah diyakini seorang pelacur asing. Dengan terbongkarnya video porno yang dilakukan pemimpin oposisi terkemuka di negeri jiran itu, maka bisa tamat riwayat politiknya bila hal itu benar adanya.
Skandal video porno, bisa jadi merupakan sarana untuk menjatuhkan lawan politik yang paling ampuh. Dengan terbongkarnya video pornonya kariernya bisa habis. Jangankan video porno, tercium adanya perselingkuhan atau skandal seksnya saja, membuat mereka lengser dari karier politiknya. Buktinya, anggota DPR RI 2004-2009, Yahya Zaini dan Max Moein karier politiknya habis setelah keduanya terbukti melakukan tindakan-tindakan yang tak pantas. Yahya Zaini mengundurkan diri setelah video pornonya bersama Maria Eva tersebar, sementara Max Moein dipecat dari DPR dengan tuduhan melakukan pelecehan seksual terhadap mantan sekretaris pribadinya Desi Firdiyanti dan foto-fotonya yang bertelanjang dada dengan seorang gadis beredar di internet.
Matinya karier politisi atau pejabat publik akibat video porno atau perselingkuhan sebenarnya bukan sebuah hal yang baru. Itu terjadi sejak dahulu kala. Presiden Amerika Serikat ke-3, Thomas Jefferson, reputasinya yang gemilang sebagai pencetus Deklarasi Kemerdekaan tahun 1776 dan founding father Amerika Serikat tercoreng dengan isu skandalnya dengan seorang wanita yang bernama Sally Hemings. Mungkin saat itu dunia politik di Amerika Serikat belum seperti sekarang maka Jefferson selamat dari upaya impeachment. Apa yang dilakukan oleh Jefferson itu diulang oleh Presiden Amerika Serikat ke-42, Bill Clinton. Akibat skandal dengan seorang wanita yang bernama Monica Lewinsky, membuat digelarnya sidang impeachment tahun 1998 oleh House of Representative Amerika Serikat.
Kemudian pada tahun 2007, publik Amerika Serikat pada Mei dihebohkan dengan ancaman germo kelas kakap di Washington, Deborah Jeane Palfrey, yang ingin membocorkan 15 ribu nama pejabat Amerika Serikat yang telah menggunakan jasanya untuk menyediakan pelacur. Walau germo yang dijuluki Madam DC itu masih sebatas mengancam namun bisnis perusahaan di bidang esek-esek yang dimiliki, Pamela Martin & Associates, telah menimbulkan korban dari pelanggannya.
Korban pertamanya adalah Kepala USAID Amerika Serikat Randall Tobias. Dikatakan oleh sebuah news di Amerika Serikat, Tobias mundur karena terkait dengan pemakaian jasa perusahaan Palfrey. Disebutkan oleh jaringan media massa di sana bahwa Tobias telah menghubungi Pamela Martin & Associates agar mengirimkan pemijat ke rumah peristirahatannya. Tobias diungkapkan dilayani seorang perempuan Amerika Latin.
Tentunya apabila Palfrey benar-benar mengungkapkan pejabat-pejabat di Amerika Serikat yang telah menggunakan jasanya tentu akan banyak pejabat di negeri Paman Sam itu akan mundur massal. Pejabat yang telah menggunakan jasa Pamela Martin & Associates bahkan sampai wakil menteri.
Ancaman Palfrey tentu membuat warga Amerika Serikat penasaran dan bertanya-tanya siapa saja yang telah menggunakan jasa-jasa Pamela Martin & Associates? Jangan-jangan suaminya, atasannya, atau senat yang dipilihnya. Apa yang dilakukan pejabat-pejabat di Amerika Serikat tentu mencoreng dan menambah buruknya citra mereka. Jajaran pejabat di USAID pasti malu akibat ulah Tobias. Demikian pula citra Presiden W. Bush semakin tercoreng terkait ungkapan Palfrey. Kasus Irak yang membebani dirinya akan bertambah berat ketika terbukti 10 ribu pejabat di sana melakukan skandal seks.
Apa yang terjadi di USAID itu merupakan berita setelah Kepala World Bank Paul Wolfowitz juga melakukan hal yang sama, yakni berskandal dengan kekasih gelap. Akibat dari ulah Wolfowitz itu, sekelompok mantan manajer senior Bank Dunia menerbitkan sepucuk surat terbuka di koran Financial Times dan mengatakan Wolfowitz tidak bisa lagi menjadi pemimpin yang efektif dalam memerangi kemiskinan. Mereka gerah dengan anggotanya yang melakukan skandal seks sebab tindakan itu tidak senonoh, di luar batas, sangat jauh dari etika moral yang seharusnya dijunjung tinggi-tinggi sebagai pejabat atau wakil rakyat.
Adanya skandal seks yang dilakukan pejabat tinggi tentu membuat gelagapan dan kebingungan bagi pejabat yang lain, yang belum terbongkar. Mereka bertanya-tanya apa ada yang merekam adegannya saat ia selingkuh atau ada catatan telepon nomor dirinya ketika menggunakan jasa-jasa perusahaan bisnis pelacuran. Untuk mengatasi hal itu mereka langsung menyuap dan mengintimidasi pasangan selingkuh atau germonya agar skandal seksnya tidak terekspos.
Bila politisi kariernya tamat akibat video pornonya terbongkar, lain halnya dengan artis. Bila artis video pornonya terbongkar, justru namanya semakin tenar dan kariernya tetap cemerlang. Contohnya, tersebarnya video porno dengan pelaku disebut-sebut dengan istilah mirip Ariel dan Luna Maya dan Cut Tari tidak membuat mereka malu. Meski aib itu terbongkar namun mereka tetap masih dapat tawaran kerja dalam dunia entertainment dan mereka tidak malu-malu tampil dihadapan publik. Yuni Shara dan Marie Eva pernah mengalami hal yang demikian, namun sampai sekarang mereka masih saja eksis dalam dunianya.
Dari semuanya bisa disimpulkan bahwa. Pertama, sebenarnya skandal seks bisa dilakukan oleh siapa saja, mulai dari masyarakat biasa, pejabat pemerintah, kepala daerah, anggota DPRD, anggota DPR, tentara, polisi, menteri, bahkan presiden sekalipun. Mereka melakukan skandal seks tentu dilandasi oleh banyak hal, namun yang pasti mereka mengumbar hawa nafsunya. Permasalahan skandal seks akan timbul jika yang melakukan adalah para pejabat atau orang yang ditokohkan.
Oleh sebab itu apabila menjadi pejabat atau tokoh masyarakat sebaiknya harus menampilkan citra yang baik dan bisa menjadi tauladan bagi semua. Para pejabat harus bisa menahan diri dari keinginan melakukan free sex, apabila terjerumus dalam skandal seks secara otomatis akan mematikan kariernya dan mencoreng asal lembaganya.
Kedua, skandal seks yang dialami oleh artis tidak akan membuat karier politik mereka tamat, sebab dunia entertaiment memang tidak mementingkan norma dan kepatutan yang ada di tengah masyarakat. Selain itu harus diakui ‘muka’ para artis lebih tebal dibanding dengan politisi, meski mereka sudah melakukan yang demikian mereka tidak malu-malu tampil di depan umum. Bahkan di Indonesia, bila artis terlibat dalam video atau film porno, itu bisa menjadi modal untuk maju dalam Pilkada.