Keenam pelajar Indonesia itu akan menjadi bagian dari 1.500 pelajar dari 65 negara yang berkumpul untuk memamerkan riset-riset canggih mereka dan bersaing meraih berbagai penghargaan tertinggi senilai lebih dari 4 juta dollar AS. Sebelum bertolak ke AS, keenam pelajar tersebut diterima oleh Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia Suharna Surapranata dan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh.
Adapun keenam pelajar itu adalah Pebrian dan Alanikika Pratyaksa dari Banten, dengan proyek "30 Hari Menjadi Anak Nelayan: Studi Kehidupan Sosial Budaya dan Ekonomi dari Keluarga Nelayan di Muara-Binauangrun, Wanasalam, Lebak Banten", Yan Restu Freski dan Darmadi dari Yogyakarta dengan proyek "Hilir Sungai Opak: Pembelokan Unik", serta Andrey Irawan Halim dan Reyner Jong dari Tangerang dengan proyek "Bambu Sebagai Bahan Bangunan Tahan Gempa".
Setiap tahun, para finalis Intel ISEF dipilih dari 550 lomba yang telah terafiliasi di seluruh dunia. Setiap lomba bisa mengirim maksimal dua proyek individual dan satu proyek kelompok ke Intel ISEF.
Di Indonesia, kegiatan kompetisi ilmiah ini digelar bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, lewat Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang diadakan tiap tahun. Delegasi Indonesia untuk Intel ISEF merupakan pemenang dari LKIR.
Tahun ini, lebih dari 1.500 siswa dari 65 negara akan berbagi ide, memamerkan riset dan penemuan canggih, dan berlomba untuk mendapatkan hampir 4 juta dollar AS dalam bentuk beasiswa dan penghargaan. Tiga pemenang utama akan diberikan beasiswa masing-masing sebesar 50.000 dollar AS dari Intel Foundation.