Slamet (52), warga Desa Pandian, Kecamatan Kota Sumenep, Madura ditemukan tewas gantung diri, di komplek pemakaman raja-raja (Asta Tinggi), kemarin. Diduga kuat, korban yang juga juru kunci Asta Tinggi tersebut, mengalami gangguan jiwa (stress) sehingga memilih gantung diri.
Belum diketahui secara pasti pemicu stres sang juru kunci, sehingga memilih nekad untuk bunuh diri dengan cara gantung diri. Cuma, dari informasi yang beredar di sekitar lokasi kejadian menyebutkan, kalau sebelum korban tewas, terlebih dulu terlibat cek-cok mulut dengan istrinya hingga berakhir pada penceraian.
Menurut Kepala Desa Pandian, Kecamatan Kota Sumenep, Nurul Imam, korban ditemukan pertama kali oleh kakaknya. Saat ditemukan, posisi korban sudah dalam keadaan tidak bernyawa, leher tergantung tali tampak, tepatnya di pojok lemari kamar.
“Kakak korban sendiri rutin mengirim makan siang. Nah, saat kirim makanan tersebut korban ditemukan tewas tergantung,” ujarnya, kemarin.
Imam menjelaskan, kakak korban sendiri kaget ketika melihat korban tewas gantung diri. Seketika itu juga, langsung melaporkan kejadian tersebut ke juru kunci yang lain, dilanjutkan ke pihak kades dan kepolisian. Selang beberapa menit kemudian, korban diturunkan dari gantunganya dengan kondisi sudah meninggal dunia. “Saat kami berusaha menolong, sudah tidak kesampaian karena nyawa korban sudah tidak ada lagi (meninggal),” ungkapnya.
Imam menduga, dari hasil keterangan kakak korban, kalau kejadian nekat tersebut dipicu oleh masalah internal keluarga. Sebab, semenjak cerai dengan istrinya, korban selalu dikirim makanan oleh kakaknya. Tidak hanya itu, korban juga sering berkeluh kesah tentang masalah keluarganya.
"Kami menduga, korban nekat gantung diri karena frustasi dengan perceraiannya. Selama ini korban dikenal baik dan tidak punya masalah dengan warga sekitar,” terangnya.
Adanya dugaan bunuh diri tersrebut, diperkuat juga dari keterangan pihak kepolisian. Menurut salah satu dokter kepolisian (dokpol) Polres Sumenep, dr. Basri, menyatakan dari hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), kematian korban diduga murni gantung diri.
Kondisi tersebut, juga diperoleh dari hasil temuan di TKP. Di mana, dari kemaluan korban telah mengeluarkan sperma, tidak ada bekas-bekas penganiayaan di tubuh korban. “Namun untuk memastikan sebab kematian korban, kami masih harus menunggu hasil visum,” tegasnya.
Ditanya posisi korban, Basri menerangkan kalau korban sudah dibawa ke rumah sakit untuk divisum. Dari visum tersebut merupakah hal yang penti, karena nantinya bisa diketahui pasti penyebab kematian dari korban. Apakah memang murni bunuh diri, atau sebaliknya. “Kita tunggu saja hasil visum, kami tidak mau mendahului. Paling tidak lama lagi,” ucapnya.
(Subairi/Koran SI/ful)