Untuk bangkit dari keterpurukan, dibutuhkan keinginan kuat, kerja keras dan dukungan. Itulah pesan yang hendak disampaikan Rachel Lloyd, mantan pekerja seks komersial atau PSK asal Inggris yang kini menjadi aktivis di Amerika. Ia menuangkan kisahnya dalam buku memoir berjudul Girls Like Us.
Rachel Lloyd dibesarkan di keluarga bermasalah dan sering mengalami trauma di Inggris. Pada usia 13 tahun, ia dikeluarkan dari sekolah dan mulai berkenalan dengan industri seks. Pada usia 17 tahun, ia meninggalkan Inggris dan pergi ke Jerman dan merencanakan untuk memulai hidup baru.
Tapi, ia malah bekerja sebagai hostes di sebuah klub di Munich. Disana, Rachel mengenal seorang laki-laki yang memanfaatkannya dan suatu hari nyaris membunuhnya. Kejadian itu menyadarkan Rachel. Lalu ia lari dan mencari bantuan di sebuah gereja di pangkalan militer Amerika di Jerman.
Rachel mengatakan, “Saya dibantu oleh beberapa perempuan di gereja itu yang membolehkan saya tinggal disana dan memberi saya pekerjaan sebagai pengasuh anak. Tahun 1997, saya datang ke Amerika sebagai misionaris untuk membantu para perempuan keluar dari industri seks.”
Pada usia 23 tahun, Rachel kembali ke bangku sekolah. Ia mengambil program sarjana Psikologi dan pasca sarjana Antropologi Perkotaan.
Tahun 1998, dengan hanya bermodalkan sebuah komputer dan uang 30 dolar, ia mendirikan organisasi non-profit Girls Educational & Mentoring Services atau GEMS di New York, yang bertujuan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada kaum muda.
Lebih lanjut ia mengatakan, “Kami memberikan bantuan langsung kepada remaja perempuan yang tinggal di jalan, tahanan, rumah singgah dan tempat-tempat berisiko lainnya. Kegiatan itu dipimpin langsung oleh kaum muda yang telah lulus dari program tersebut, karena mereka adalah penasihat dan mentor terbaik bagi remaja perempuan yang mungkin tidak berani atau malu untuk bercerita atau menyampaikan sikap mereka.”
Rachel mengatakan dengan perhatian, cinta dan dukungan, banyak korban yang bisa bangkit dari keterpurukan dan penindasan yang mereka alami.
Rachel Lloyd membagikan pengalamannya dalam buku memoir Girls Like Us: Fighting for a World Where Girls Are Not for Sale; An Activist Finds Her Calling and Heals Herself.
sumber
__________________