Ade Farida, wanita muda yang ditahan aparat Polresta Balikpapan dalam kasus dugaan penipuan mampu membuat korban-korbannya tak berdaya dan mengikuti saja kemauannya.
Akibatnya para korban mengalami kerugian diduga hingga miliaran rupiah akibat ulahnya.
Sebelum menempati rumah mewah di Jl. Dahlia Kelurahan Gunung Bahagia, Balikpapan Selatan, Ade Farida ternyata sempat mengontrak di kawasan Jl Prapatan Dalam sejak Ferbuari 2008 lalu.
Ia tinggal di lantai II rumah Rus di RT 5 yang dikontrakkan seharga Rp 500.000 per bulan.
"Dia datang ke sini bulan Ferbuari 2008. Nyari rumah kontrakan. Katanya nggak punya keluarga di Balikpapan. Saya tawari di ruang atas dengan harga Rp 500.000 per bulan dan dia mau," ungkap Rus saat ditemui Tribun di rumahnya, Jumat (1/4/11).
Begitu menempati rumah kos, Ade langsung membayar uang sewa untuk satu bulan. Selama sebulan itu, Rus mengaku tidak pernah lihat Ade memiliki usaha atau pekerjaan.
"Ade itu datang ke sini nggak punya apa-apa. Tapi ya itu, kami melihat dia anak baik dan pandai bergaul. Saya pun kasihan sama dia. Sehari-hari ia ikut makan dengan kami. Kadang juga pinjam uang untuk beli keperluannya. Ya saya pinjami saja," kata Rus.
Daya pikat Ade terus berlanjut. Dalam hitungan hari, Rus membelikan sebuah spring bed dan televisi berikut lemarinya untuk kamar Ade. Nilainya tak tanggung-tanggung Rp 6,5 juta. Tak hanya pada Rus, anak Rus pun terperdaya Ade dan rela meminjamkan uang maupun barangnya.
Semuanya hanya dengan janji, "nanti saya ganti". Bahkan waktu Ade mengatakan akan pulang ke Jawa nengok anaknya dan tidak punya uang, Rus pun meminjamkan uangnya.
"Saya nggak tahu, saya juga bingung kok nurut saja, waktu dipinjami uang, disuruh beli ini itu. Kalau dihitung- hitung ada Rp 9 jutaan saya keluar uang untuk dia. Seperti digendam saya ini. Rasanya kasihan dan langsung ingin menolong," ungkap Rus.
Seperti diketahui, Ade Farida ditahan setelah dua warga Balikpapan Selatan melaporkan kasus dugaan penipuan ala bisnis MLM untuk sebuah produk susu ke Polsek Balikpapan Selatan, dua pekan lalu.
Saat itu, kedua warga mengaku mengalami kerugian hingga Rp 10 miliar atas investasi yang sudah disetorkan selama satu tahun pada tersangka.
